Mencuri Raden Saleh, Sebuah Renungan untuk Karya yang Tak Ternilai

 

mencuri raden saleh

Mencuri Raden Saleh bisa jadi film yang patut jadi renungan buat siapapun termasuk pihak terkait yang bertugas menjaga sebuah karya yang tak ternilai harganya termasuk lukisan karya Raden Saleh tentang penangkapan Pangeran Diponegoro oleh Belanda.

Dan, bisa jadi ini yang menjadi alasan Angga Dwimas Sasongko, sutradara film Mencuri Raden Saleh yang mengaku pernah punya pengalaman ketika ia melihat lukisan karya Raden Saleh yang amat minim penjagaan sampai akhirnya terbersit untuk mencuri lukisan senilai Rp. 10 miliar itu.

Indonesia memang abai dalam penghargaan terhadap sebuah karya. Ia baru dilihat dan diperjuangkan dan merasa memiliki ketika karya-karya itu di klaim oleh negara lain.

Lihat saja, kasus-kasus klaim Reog, lagu Rasa Sayange sampai yang terakhir klaim mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahatir Muhamad terhadap Kepulauan Riau.

Mencuri Raden Saleh Sepertinya Seru

Terlepas dari buruknya penghargaan, perawatan, pengamanan hingga perlindungan terhadap sebuah karya yang tak ternilai itu, film dengan latar perampokan (heist) ini bakal terlihat seru, terlebih kondisi perfilman tanah air yang di dominasi film horor yang cenderung absurd dan lebih memilih bersaing dalam hal jumlah penonton daripada kualitasnya sendiri.

Film komedi aksi dengan latar yang lengkap ini juga menjadi sebuah terobosan ide baru yang lebih segar tentang tema-tema film di Indonesia yang tak selayaknya mengeskploitasi hantu semata.

Bahkan, dalam trailernya, film ini terasa lebih menegangkan daripada sekedar menunggu jump scare-jump scare yang monoton.

Aksi-aksi pencurian ala film Hollywood yang memanfaatkan teknologi canggih, kejar-kejaran mobil, juga menjadi bagian keseruan di film Mencuri Raden Saleh ini.

Film ini bahkan hampir mirip dengan The Raid, meski temanya berbeda tapi menyuguhkan sesuatu yang baru untuk ranah perfilman tanah air.

Nilai Produksi yang Tembus Hingga Rp. 20 M

Dalam perkenalannya, film besutan Angga Dwimas Sasongko yang terkenal dengan film dengan tema-tema keluarga dan percintaan yang menyentuh seperti Cahaya dari Timur, Filosofi Kopi hingga Keluarga Cemara ini menyebut jika biaya produksi film ini menembus angka Rp. 20 miliar.

Dengan masa produksi yang juga tak sebentar untuk hitungan sebuah film yang dikerjakan selama tiga tahun penuh.

Yang Absurd dari Mencuri Raden Saleh

Meski menelan biaya hingga Rp. 20 miliar, namun beberapa adegan di film ini terasa absurd dan kurang berani. Seperti pada aksi kejar-kejaran mobil, terlihat sekali jika properti mobil yang digunakan adalah tipe mobil-mobil keluaran lama alias jadul.

Selain itu, dari segi alur cerita, film ini juga cenderung absurd karena aksi pencurian sebuah karya lukisan mahal itu justru dilakukan oleh sekelompok mahasiswa dan itu dilakukan di tempat paling ketat di Indonesia, Istana Negara alasan pencuriannya juga terkesan sederhana hanya ingin membebaskan sang ayah dari penjara untuk sebuah pekerjaan yang amat beresiko sebenarnya.

Baca Juga: Ada Apa dengan Pengabdi Setan 2: Communion? 


mencuri raden saleh


Sinopsis Mencuri Raden Saleh

Film yang bakal tayang 25 Agustus 2022 ini berlatar aksi perampokan lukisan karya Raden Saleh yang dilakukan oleh serombongan mahasiswa yang diperankan Iqbaal Ramadhan, Angga Yunanda, Rachel Amanda, Umay Shahab, Aghniny Haque serta Ari Irham.

Kelompok mahasiswa ini memiliki nickname masing-masing sesuai dengan peran yang bakal mereka lakukan ketika melancarkan aksi perampokan itu, misalnya Piko sebagai The Forger, Sarah Sthe Brute, Ucup The Hacker, Gofar The Handyman, Fella The Negotiator dan Tuktuk The Driver.

Cerita bermula ketika seorang mahasiswa bernama Piko (Iqbaal Ramadhan)  yang hidup sendiri karena ibunya meninggal saat ia masih kecil, sedangkan ayahnya dipenjara karena terlibat kasus korupsi.

Untuk membiayai kuliah dan kehidupannya, Piko dan temannya Ucup (Angga Yunanda) menjadi pelukis sesuai dengan jurusan kuliahnya, seni rupa.

Namun ternyata Piko memiliki kerinduan untuk bisa berkumpul dengan ayahnya, dan karena itulah, Piko berusaha membebaskan ayahnya dari penjara dengan cara mencuri lukisan Raden Saleh yang menjadi koleksi milik Istana Negara yang dijaga super ketat.

Film garapan Visinema Pictures yang menggunakan efek CGI yang menjadi teknologi perfilman paling canggih yang digunakan oleh banyak film-film Hollywood ini bakal menjanjikan keseruan.

Mudah-mudahan film ini bisa menjadi kebangkitan film nasional dalam hal kualitas yang tak melulu menjual varian hantu yang pemerannya sendiri tak diketahui identitasnya...



Posting Komentar

Terima kasih karena telah berkenan memberikan komentar yang membangun untuk blog ini

Lebih baru Lebih lama